pengunjung

Minggu, 31 Januari 2021

MEMBUAT BIOPORI

 

MATERI BIOPORI

(MIFTAKUL HUDA S,Pd)

RAHMAT (RESAPKAN AIR HUJAN MENJADI AIR TANAH)

Lubang Resapan BIOPORI (LRB) Bioppori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori.

LRB adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dan sampah dengan cara (1) meningkatkan daya resap air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos, (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, (4) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria, (6) sebagai “karbon sink” untuk membantu mencegah terjadinya pemanasan global. Lokasi pembuatan LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat membuang air hujan di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon atau batas tanaman.

Cara Pembuatan LRB :

1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50-100cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm disekiling mulut lubang.

3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput atau sampah dapur.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang menyususut karena proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Jumlah LRB yang disarankan Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan: Jumlah LRB: Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2) Laju peresapan air perlubang (liter/jam) Contoh: untuk daerah dengan intensitas hujan 50mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180L/jam) pada 100m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak : (50 x 100): 180 = 28 lubang. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 L sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari, dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi kembali. Biaya yang diperlukan Pembuatan LRB akanmempermudah dengan menggunakan bor tanah yang telah disesuaikan un tuk keperluan peresapan air dengan biopori seharga @ Rp. 195.000,-. Bila 1 lubang dapat dibuat dalam waktu 8 menit dan setiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB, maka pembuatan akan selesai dalam waktu setengah hari orang kerja (Rp. 25.000). Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor sendiri, maka total biaya yang diperlukan adalah Rp. 220.000,-. Biaya tersebut akan dapat berkurang bila 1 bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.

Manfaat Lubang Biopori

Lubang resapan biopori adalah teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurasi resiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.

§  Meningkatkan daya resapan air

Lubang resapan biopori mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat untuk: Mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir, peningkatan cadangan air bersih di dalam tanah, dan mencegah erosi dan longsor. Dengan adanya lubang biopori akan mencegah terjadinya  genangan air yang secara tidak lansung dapat meminimalisir berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah.

§  Mengubah sampah organik menjadi kompos

Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos oleh satwa tanah seperti cacing dan rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah.

§  Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman

Lubang biopori memicu biota tanah dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya aktifitas ini menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan terpelihara.

Cara Pembuatan Lubang Biopori

1.      Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm.

2.      Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.

3.      Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan.

4.      Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat proses pelapukan.

5.      Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Nah, pertanyaannya cuma satu. Sudahkan kita mempunyai lubang peresapan biopori di sekitar rumah kita?.

 

 

 

 

Cara membuat sumur resapan air ini sudah sering kita dengar. Namun mengingat besarnya manfaat sumur resapan air tidak ada salahnya jika cara membuat sumur ini diulas kembali.

Sebagai halnya biopori, sumur resapan air pernah digalakkan pembuatannya. Manfaat dari sumur resapan air adalah meminimalisir terjadinya bencana banjir saat musim penghujan sekaligus sebagai dengan ‘menanam air‘ ke dalam tanah. Ini sekaligus menambah persediaan air bersih di dalam tanah yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

Sebelum membuat sumur resapan air, ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi. Syarat ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:

1.      Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.

2.      Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.

3.      Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.

4.      Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm.

Cara membuat sumur resapan air. Pembuatan sumur resapan air dibedakan berdasarkan kondisi rumah dan lingkungan yaitu; untuk rumah dengan talang air, untuk rumah tanpa talang air, dan untuk area terbuka (taman). Untuk kali ini akan diulas cara pembuatan sumur resapan air pada rumah yang menggunakan talang air.

Teknik pembuatan sumur resapan air

Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:

1.      Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.

2.      Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong.

3.      Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon.

4.      Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.

5.      Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.

6.      Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.

Berbeda dengan pembuatan lubang resapan biopori, membuat sumur resapan air memang membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu tidak semua lahan dapat dibuat sumur resapan, harus memperhatikan syarat-syarat umum sebagai tersebut di atas. Namun lingkungan yang lebih nyaman dihuni manusia kenapa tidak?.

4 Penyebab Bencana Kemarau dan Kekeringan yang Melanda Indonesia

Pasca lebaran ramadhan beberapa pekan silam, publik di Indonesia nampaknya semakin akrab dengan kabar di berbagai media yang berbicara tentang bencana kekeringan. Kemarau panjang yang sudah berlangsung sejak setidaknya sejak Mei silam telah membawa banyak sekali penderitaan. Nyatanya bencana kekeringan memang telah menghadang di depan mata.

Selama lebih dari 3 bulan, seluruh wilayah di Indonesia hampir serentak merasakan perbedaan musim yang cukup siginifikan. Biasanya, suhu tropis di Indonesia cenderung hangat namun sejuk, dengan tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi. Namun memasuki Mei kemarin, fase musim kemarau telah tiba. Cuaca pun perlahan berubah menjadi kebalikannya. Suhu panas terik di siang hari, udara kering dan gersang, rumput menguning karena kekurangan air, hingga yang paling terasa dampaknya adalah kekeringan massal bagi sumur-sumur air dalam milik warga.

Lantas apa sesungguhnya yang menyebabkan bencana kemarau atau kekeringan di negeri ini? Musim kemarau panjang memiliki korelasi yang amat sangat erat dengan bencana kekeringan. Namun apa yang menjadi alasan kemarau dapat terjadi di Indonesia? berikut penjelasannya

1.      Letak geografis Indonesia yang berada di tengah garis khatulistiwa

Hampir dipastikan semua orang di negeri tahu dan menyadari bahwa tanah kebanggan yang mereka pijak berada persis di garis khatulistiwa. Karena posisi geografis inilah, Indonesia mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Pergerakan angin yang bertiup di negara khas yang berada di khatulistiwa telah sebabkan proses alamiah terjadinya dua musim tersebut.

2.      Gejala perubahan cuaca

Wilayah Indonesia yang terdiri dari samudera dan lautan luas sebabkan perilaku aliran angin muson timur di antara bulan April hingga Oktober. Angin periodik setiap setahun sekali ini mengalirkan hawa panas dari gurun gersang Benua Australia yang sangat luas daratannya menuju ke wilayah Indonesia.

3.      Udara dan Alam yang makin rusak dan tercemar

Walaupun secara tidak langsung mempengaruhi gejala musim kemarau, namun ternyata perubahan kandungan udara dan alam yang sudah sangat tercemar ikut memberikan andil bencana kekeringan. Polusi dan alam yang tercemar secara akumulatif membawa dampak kerugian pada berkurangnya keseimbangan alam. Akibatnya jika kemarau panjang melanda, maka air tanah akan cepat kering karena minimnya pepohonan, atau jika musim kemarau tiba maka kualitas udara akan bertambah semakin buruk atau kualitas air akan sangat tercemar.

4.      Gejala Alamiah Bumi berwujud El Nino.

Secara arti ilmiah, El Nino dapat dijelaskan sebagai gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (SPL/SST) di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya di bagian Tengah dan Timur, tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Selain itu, El Nino pun berdampak pada menurunnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator bagian barat.

Penjelasan ilmiahnya seperti ini, Saat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Padahal pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan deras.

Jika uap air berkurang, cuaca di Indonesia cenderung dingin dan kering. El Nino akan menyebabkan fenomena Kemarau berkepanjangan tergantung seberapa besar intensitas El Nino tersebut. (CAL)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar