pengunjung

Minggu, 31 Januari 2021

MEMBUAT BIOPORI

 

MATERI BIOPORI

(MIFTAKUL HUDA S,Pd)

RAHMAT (RESAPKAN AIR HUJAN MENJADI AIR TANAH)

Lubang Resapan BIOPORI (LRB) Bioppori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori.

LRB adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dan sampah dengan cara (1) meningkatkan daya resap air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos, (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, (4) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria, (6) sebagai “karbon sink” untuk membantu mencegah terjadinya pemanasan global. Lokasi pembuatan LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat membuang air hujan di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon atau batas tanaman.

Cara Pembuatan LRB :

1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50-100cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm disekiling mulut lubang.

3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput atau sampah dapur.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang menyususut karena proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Jumlah LRB yang disarankan Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan: Jumlah LRB: Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2) Laju peresapan air perlubang (liter/jam) Contoh: untuk daerah dengan intensitas hujan 50mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180L/jam) pada 100m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak : (50 x 100): 180 = 28 lubang. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 L sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari, dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi kembali. Biaya yang diperlukan Pembuatan LRB akanmempermudah dengan menggunakan bor tanah yang telah disesuaikan un tuk keperluan peresapan air dengan biopori seharga @ Rp. 195.000,-. Bila 1 lubang dapat dibuat dalam waktu 8 menit dan setiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB, maka pembuatan akan selesai dalam waktu setengah hari orang kerja (Rp. 25.000). Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor sendiri, maka total biaya yang diperlukan adalah Rp. 220.000,-. Biaya tersebut akan dapat berkurang bila 1 bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.

Manfaat Lubang Biopori

Lubang resapan biopori adalah teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurasi resiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.

§  Meningkatkan daya resapan air

Lubang resapan biopori mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat untuk: Mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir, peningkatan cadangan air bersih di dalam tanah, dan mencegah erosi dan longsor. Dengan adanya lubang biopori akan mencegah terjadinya  genangan air yang secara tidak lansung dapat meminimalisir berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah.

§  Mengubah sampah organik menjadi kompos

Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos oleh satwa tanah seperti cacing dan rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah.

§  Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman

Lubang biopori memicu biota tanah dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya aktifitas ini menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan terpelihara.

Cara Pembuatan Lubang Biopori

1.      Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm.

2.      Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.

3.      Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan.

4.      Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat proses pelapukan.

5.      Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Nah, pertanyaannya cuma satu. Sudahkan kita mempunyai lubang peresapan biopori di sekitar rumah kita?.

 

 

 

 

Cara membuat sumur resapan air ini sudah sering kita dengar. Namun mengingat besarnya manfaat sumur resapan air tidak ada salahnya jika cara membuat sumur ini diulas kembali.

Sebagai halnya biopori, sumur resapan air pernah digalakkan pembuatannya. Manfaat dari sumur resapan air adalah meminimalisir terjadinya bencana banjir saat musim penghujan sekaligus sebagai dengan ‘menanam air‘ ke dalam tanah. Ini sekaligus menambah persediaan air bersih di dalam tanah yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

Sebelum membuat sumur resapan air, ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi. Syarat ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:

1.      Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.

2.      Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.

3.      Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.

4.      Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm.

Cara membuat sumur resapan air. Pembuatan sumur resapan air dibedakan berdasarkan kondisi rumah dan lingkungan yaitu; untuk rumah dengan talang air, untuk rumah tanpa talang air, dan untuk area terbuka (taman). Untuk kali ini akan diulas cara pembuatan sumur resapan air pada rumah yang menggunakan talang air.

Teknik pembuatan sumur resapan air

Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:

1.      Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.

2.      Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong.

3.      Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon.

4.      Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.

5.      Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.

6.      Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.

Berbeda dengan pembuatan lubang resapan biopori, membuat sumur resapan air memang membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu tidak semua lahan dapat dibuat sumur resapan, harus memperhatikan syarat-syarat umum sebagai tersebut di atas. Namun lingkungan yang lebih nyaman dihuni manusia kenapa tidak?.

4 Penyebab Bencana Kemarau dan Kekeringan yang Melanda Indonesia

Pasca lebaran ramadhan beberapa pekan silam, publik di Indonesia nampaknya semakin akrab dengan kabar di berbagai media yang berbicara tentang bencana kekeringan. Kemarau panjang yang sudah berlangsung sejak setidaknya sejak Mei silam telah membawa banyak sekali penderitaan. Nyatanya bencana kekeringan memang telah menghadang di depan mata.

Selama lebih dari 3 bulan, seluruh wilayah di Indonesia hampir serentak merasakan perbedaan musim yang cukup siginifikan. Biasanya, suhu tropis di Indonesia cenderung hangat namun sejuk, dengan tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi. Namun memasuki Mei kemarin, fase musim kemarau telah tiba. Cuaca pun perlahan berubah menjadi kebalikannya. Suhu panas terik di siang hari, udara kering dan gersang, rumput menguning karena kekurangan air, hingga yang paling terasa dampaknya adalah kekeringan massal bagi sumur-sumur air dalam milik warga.

Lantas apa sesungguhnya yang menyebabkan bencana kemarau atau kekeringan di negeri ini? Musim kemarau panjang memiliki korelasi yang amat sangat erat dengan bencana kekeringan. Namun apa yang menjadi alasan kemarau dapat terjadi di Indonesia? berikut penjelasannya

1.      Letak geografis Indonesia yang berada di tengah garis khatulistiwa

Hampir dipastikan semua orang di negeri tahu dan menyadari bahwa tanah kebanggan yang mereka pijak berada persis di garis khatulistiwa. Karena posisi geografis inilah, Indonesia mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Pergerakan angin yang bertiup di negara khas yang berada di khatulistiwa telah sebabkan proses alamiah terjadinya dua musim tersebut.

2.      Gejala perubahan cuaca

Wilayah Indonesia yang terdiri dari samudera dan lautan luas sebabkan perilaku aliran angin muson timur di antara bulan April hingga Oktober. Angin periodik setiap setahun sekali ini mengalirkan hawa panas dari gurun gersang Benua Australia yang sangat luas daratannya menuju ke wilayah Indonesia.

3.      Udara dan Alam yang makin rusak dan tercemar

Walaupun secara tidak langsung mempengaruhi gejala musim kemarau, namun ternyata perubahan kandungan udara dan alam yang sudah sangat tercemar ikut memberikan andil bencana kekeringan. Polusi dan alam yang tercemar secara akumulatif membawa dampak kerugian pada berkurangnya keseimbangan alam. Akibatnya jika kemarau panjang melanda, maka air tanah akan cepat kering karena minimnya pepohonan, atau jika musim kemarau tiba maka kualitas udara akan bertambah semakin buruk atau kualitas air akan sangat tercemar.

4.      Gejala Alamiah Bumi berwujud El Nino.

Secara arti ilmiah, El Nino dapat dijelaskan sebagai gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (SPL/SST) di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya di bagian Tengah dan Timur, tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Selain itu, El Nino pun berdampak pada menurunnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator bagian barat.

Penjelasan ilmiahnya seperti ini, Saat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Padahal pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan deras.

Jika uap air berkurang, cuaca di Indonesia cenderung dingin dan kering. El Nino akan menyebabkan fenomena Kemarau berkepanjangan tergantung seberapa besar intensitas El Nino tersebut. (CAL)

 

Senin, 18 Januari 2021

Tanya Jawab seputar Asesmen Kompetensi Minimum

 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.

Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan du

Tujuan

T    : Apa itu Asesmen Nasional ?

J     : adalah program penilaian mutu sekolah,madrasah dan sederajat, yang dilihat dari hasil belajar murid dengan pengukuran (literasi, Numerasi dan karakter) juga kualitas KBM dan memotret iklim sekolah yang mendukung pembelajaran dengan alat ukur : Asesmen kompetensi minimal(AKM), survery karakter,Survey Lingkungan Belajar.


T    : Mengapa perlu diadakan asesmen Nasional ?

J     : Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. 

Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau :
  1. perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan 
  2. kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). 

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. 

Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran


T    : Apakah Asesmen Nasional menentukan kelulusan Peserta didik ?

J     : Tidak, Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan. Asesmen Nasional diberikan kepada murid bukan di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional juga tidak digunakan untuk menilai peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti dijelaskan sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen Nasional tidak terkait dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan.


T    : Siapa yang menjadi peserta Asesmen Nasional ?

J    : Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya. Selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. 

T    : Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian murid?

J      : Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi murid sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik. 

Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi murid di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional. 

T    : Mengapa yang menjadi sampel adalah murid kelas V, VIII dan XI?

J     : Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

T    : Apakah Asesmen Nasional menggantikan UN?

J     : Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara individual. Namun Asesmen Nasional menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di sekolah. Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi sekolah dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.

T    : Mengapa yang diukur adalah literasi dan numerasi?

J      : Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran. 

Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.

T    : Mengapa Asesmen Nasional juga mengukur karakter murid?

J    : Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif murid namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Asesmen nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan. Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar-mengajar harus mengembangkan potensi murid secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.

T    : Bagaimana kaitan antara Asesmen Nasional dengan kurikulum?

J     : Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capabilities) yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu dipelajari oleh semua murid dan sekolah, sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran. Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan. Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum.

T    : Apa peran Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal?

J   :Warga belajar diwajibkan menempuh ujian kesetaraan untuk dinyatakan lulus pendidikan non-formal. Asesmen Nasional merupakan ujian kesetaraan yang menjadi salah satu syarat kelulusan. Oleh karena itu, peserta Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal tidak dipilih secara acak oleh Kemdikbud. Peserta Asesmen Nasional pendidikan jalur non formal adalah warga belajar yang mendaftarkan diri untuk ujian kesetaraan. Hasil ujian kesetaraan tersebut sekaligus digunakan sebagai Rapor PKBM

Instrumen

AKM VS UN

T    : Apa perbedaan AKM dengan UN? 

J    : Perbedaan instrumen AKM dengan UN dijelaskan pada tabel beriku

Intrumen Asesmen Nasional (AKM,survey Karakter,Survey Lingkungan Belajar

T    : Instrumen apa saja yang akan digunakan dalam Asesmen Nasional? 

J    : Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen, yaitu: 
  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid. 
  2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid;. 
  3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.

T    : Apakah yang dimaksud dengan minimum pada AKM? 

J    :  Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dilakukan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi matematika murid. 


T    : Apa perbedaan AKM dan Survei Karakter?

J    : AKM mengukur hasil belajar kognitif yang mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid. 

Sementara Survei Karakter mengukur hasil belajar emosional yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dimana pelajar Indonesia memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 


T    : Apakah instrumen Survei Lingkungan sama untuk murid dan untuk guru?

J    :  Tidak. Meskipun Survei Lingkungan Belajar menggali informasi mengenai kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran, namun pertanyaan akan disesuaikan dengan perspektif respondennya. 

T    : Terdapat berbagai macam literasi, misalnya membaca, sains, digital, dan keuangan. Apakah AKM meliputi semua literasi tersebut?

J    : Tidak. AKM tahun 2021 hanya mencakup literasi membaca dan literasi matematika (numerasi).


T    : Apa sajakah komponen dari literasi membaca dan numerasi yang diukur di AKM? 

J     : Asesmen literasi membaca dan numerasi pada AKM dapat ditinjau dari 3 komponen (aspek) yaitu: konten, proses kognitif, serta konteks. bagan berikut menjelaskan rincian komponen AKM literasi membaca serta numerasi.


Soal dan Kisi-kisi

T    : Bagaimana bentuk soal Asesmen Nasional?

J    : Bentuk soal Asesmen Nasional terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
  1. Pilihan ganda , murid memilih satu jawaban benar dalam soal
  2. Pilihan Ganda Komplek, murid bisa memilih lebih satu jawaban yang benar salam satu soal
  3. Menjodohkan, Murida menjawab dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dan jawabannya
  4. Isian singkat, murid bisa menjawab berupa bilangan , kata, untuk menyebutkan nama benda,tempat atau jawaban pasti lainnya
  5. Uraian, murid menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

T    : Berapa banyak soal yang akan dikerjakan murid saat AKM?

J     : Murid kelas V akan mengerjakan 30 soal untuk masing-masing literasi membaca dan numerasi. Sedangkan murid kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 soal.
 

T    : Apakah murid memperoleh soal setara dengan murid lainnya?

J     : AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap murid akan menempuh soal yang sesuai dengan kemampuan murid itu sendiri.

T    : Apakah soal AKM untuk peminatan IPA, IPS, Bahasa, dan Agama berbeda? Apakah seperti soal UN pembagian porsinya?

J    : Tidak. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua murid tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh murid akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM .

T    : Apakah ada contoh-contoh soal latihan AKM yang disediakan secara khusus?

J    : Ya. Pusmenjar menyediakan contoh soal AKM pada laman: 

T    : Adakah semacam kisi-kisi untuk mengikuti asesmen nasional? Kapan dan di mana kami dapat memperolehnya?

J    : Tidak ada kisi-kisi. AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusmenjar menyediakan contoh soal AKM untuk setiap indikator kompetensi pada laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm. 


Perangkat dan persiapan infrastruktur

T    : Apa saja perangkat yang dapat digunakan untuk Tes ini?

J     : Perangkat yang harus disiapkan adalah :
  1. Menggunakan komputer Client Memory 2 GB, Resolusi 1360 x 768, dan Windows 7 ke atas, BW 20 MBps untuk 50 peserta 
  2. Tersedia jaringan internet (offline/online) 
  3. Operator teknis  

T    : Apakah pemerintah sudah menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung terselenggaranya AKM ?

J    : Sarana prasarana dapat disiapkan oleh sekolah salah satunya melalui bantuan pemerintah. Cara lainnya adalah menumpang di sekolah terdekat atau meminjam komputer dari orangtua, instansi lain, atau pihak lainnya


Pelaksanaan

Peserta

T    : Siapa saja yang harus mengikuti Asesmen Nasional?

J    : Peserta Asesmen Nasional adalah seluruh satuan pendidikan terdiri atas: kepala sekolah, seluruh guru, dan murid yang dipilih dengan stratifikasi sosial ekonomi oleh Kemdikbud. 
Jenjang SD/MI, kelas V maksimal 30 murid, jenjang SMP/MTS, SMA/MA, SMK kelas VIII dan XI maksimal 45 murid setiap satuan pendidikan.

T    : Siapa saja yang mengikuti AKM?

J    :  Peserta AKM adalah semua murid yang menjadi responden Asesmen Nasional. 
         Guru maupun kepala sekolah TIDAK mengerjakan AKM. 

T    : Apakah Asesmen Nasional wajib diikuti oleh seluruh satuan pendidikan di seluruh Indonesia?

J    :  Ya, Asesmen Nasional dilaksanakan di seluruh sekolah, madrasah maupun PKBM di wilayah 
         Indonesia.

T    : Bolehkah SMP/MTs, SMA/MA, SMK yang jumlah muridnya kurang dari 45 tidak ikut Asesmen Nasional?

J    : Tidak. Semua satuan pendidikan wajib mengikuti Asesmen Nasional. Jika jumlah murid kurang dari 45, maka semua murid akan menjadi responden. Begitu pula dengan satuan pendidikan di jenjang SD/MI, jika jumlah murid kurang dari 30, maka semua murid akan menjadi responden.


T    : Bagaimana penentuan murid yang mengikuti Asesmen Nasional?

J    : Murid akan dipilih secara acak oleh Kemdikbud dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi. Satuan pendidikan tidak diperkenankan mengganti sampel murid karena dapat memengaruhi hasil dan tindak lanjut perbaikan pembelajaran.

T    : Berapa persen batas minimal, banyaknya guru yang mengikuti Asesmen Nasional?

J    : Tidak ada batas minimal. Target responden Asesmen Nasional adalah semua guru baik status kepegawaian tetap maupun pegawai lepas/ honorer. Tujuan Survei Lingkungan Belajar adalah menggali informasi yang dapat mencerminkan kondisi sekolah sesungguhnya. Sehingga tingkat partisipasi yang tinggi diharapkan mampu memberikan cerminan yang lebih baik.

T    : Bolehkah murid kelas IX ikut mendaftar AKM untuk menguji kemampuan literasi?

J    : Tidak boleh. Responden AKM dipilih secara acak oleh Kemdikbud untuk target sasaran kelas V, kelas VIII, dan kelas XI.
 

Waktu Pelaksanaan


T    : Kapan AKM akan dilaksanakan?

 J    : Direncanakan pelaksanaan AKM untuk murid kelas VIII jenjang SMP/MTs, serta kelas IX jenjang SMA/MA, dan SMK akhir Maret 2021, pelaksanaan AKM untuk murid kelas V jenjang SD/MI adalah di bulan Agustus 2021. 

T    : Berapa lama waktu pelaksanaan Asesmen Nasional?

J    : Asesmen Nasional terdiri atas: (1) AKM, (2) Survei Karakter, dan (3) Survei Lingkungan Belajar. Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk murid akan dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama untuk Asesmen Literasi Membaca dan Survei Karakter, sedangkan hari kedua untuk Asesmen Numerasi dan 

Survei Lingkungan Belajar. 
Alokasi waktu sesi asesmen maupun survei berbeda untuk murid kelas V dengan murid kelas VIII serta XI. Alokasi waktu asesmen dapat dilihat pada tabel berikut: 




Teknis pelaksanaan

SOSIALISASI dan UJI COBA

T    : Apakah akan diadakan uji coba AKM dan Survei Karakter serta kapan pelaksanaannya?

J     : Uji coba akan dilaksanakan satu bulan sebelum pelaksanaan AKM melalui mekanisme gladi bersih. Uji coba ini bertujuan untuk memastikan aplikasi dapat berjalan dengan lancar serta mekanisme pelaksanaan Asesmen Nasional dipahami oleh setiap pihak yang terlibat. Selain uji coba, Kemdikbud menyelenggarakan simulasi AKM untuk mengenalkan model soal AKM dan memberi kesempatan kepada murid untuk familiar dengan aplikasi serta ragam soal AKM.

TEKNIS PELAKSANAAN

T    : Bagaimana teknik pelaksanaan Asesmen Nasional, apakah sama seperti UNBK semi daring?

J     : Terdapat sejumlah modifikasi pada teknik pelaksanaan Asesmen Nasional, seperti bentuk soal, maupun sistem adaptif. Namun secara umum tenaga teknis yang mampu melakukan UNBK semi daring akan mudah mempelajari sistem pelaksanaan Asesmen Nasional.

T    : Bagaimana aturan pelaksanaan di sekolah? (pengawasan, pendanaan, pengaturan peserta setiap ruang)

J    : Aturan pelaksanaan di sekolah akan dituangkan lebih detail di dalam Prosedur Operasional Standar (POS) Asesmen Nasional.

T    : Bagaimana bila terdapat guru yang tidak mengikuti Survei Lingkungan Belajar?

J    : Kemdikbud memberikan alokasi waktu dua minggu untuk guru mengisi Survei Lingkungan Belajar. Diharapkan dalam tenggat waktu tersebut semua guru akan berpartisipasi. Partisipasi setiap guru di dalam Survei Lingkungan Belajar akan mempengaruhi akurasi gambaran umum iklim belajar dan iklim satuan pendidikan.

T    : Apakah pelaksanaan AKM dapat dilakukan lebih dari satu sesi? berapakah jumlah sesi yang diijinkan setiap harinya?

J    : Setiap sesi memerlukan waktu maksimal 140 menit untuk jenjang SD sederajat dan 165 menit untuk jenjang SMP/SMA sederajat. Oleh karena itu, dalam satu hari dapat diselenggarakan 3 sesi tes. Pembagian waktu setiap sesi digambarkan pada tabel berikut:

T    : Bisakah guru melakukan Asesmen Nasional (Survei Lingkungan Belajar) dari rumah?

J    : Ya. Pengisian Survei Lingkungan Belajar secara daring dapat dilakukan dari mana saja sepanjang terdapat akses internet.

T    : Apakah tahapan yang dilakukan sekolah untuk mengikuti Asesmen Nasional sama dengan UNBK?

J    : Tidak. Meskipun sebagian besar tahapan sama, tetapi proses pendataan di Asesmen Nasional berbeda dengan UNBK karena ada pemilihan murid serta pendataan responden guru.
 

T    : Pada saat UNBK ada sekolah yang bergabung dengan sekolah lain, apakah Asesmen Nasional juga dapat menerapkan hal yang sama?

J    : Ketika pelaksanaan Asesmen Nasional, sekolah dapat menginduk ke sekolah lain yang kondisi infrastrukturnya lebih memadai. Namun pelaporan hasil akan tetap dipisahkan untuk masing-masing satuan pendidikan.

T    : Apakah persiapan untuk mengikuti Asesmen Nasional sama dengan UN, seperti adanya proktor, teknisi, dsb?

J    : Ya. Sistem aplikasi Asesmen Nasional mengadopsi sistem UNBK dengan modifikasi. Modifikasi meliputi ragam format soal tidak hanya pilihan ganda dan isian, namun ditambahkan format pilihan ganda kompleks, menjodohkan, serta uraian. Selain itu, pada AKM soal-soal yang disajikan akan adaptif terhadap kemampuan murid dalam menjawab soalsoal sebelumnya. Proktor dan teknisi berperan penting dalam memastikan keberfungsian infrastruktur sekolah, setup aplikasi serta dukungan teknis selama pelaksanaan Asesmen Nasional.

T    : Bagaimana pihak sekolah/madrasah menyiapkan murid untuk menghadapi AKM?

J    : AKM mengukur kompetensi kecakapan hidup yang merupakan hasil belajar murid lintas beragam mata pelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan di AKM tidak melalui proses drilling soal-soal. Satuan pendidikan diharapkan mewujudkan proses pembelajaran yang mendorong terbangunnya kompetensi serta karakter murid. 

Untuk mengenalkan murid pada beragam format soal AKM serta aplikasi AKM, Kemdikbud akan menyelenggarakan simulasi serta gladi bersih. Satuan pendidikan diharapkan aktif mengikuti simulasi dan gladi bersih sebagai upaya menyiapkan murid menghadapi AKM. Selain itu, Pusmenjar menyediakan contoh soal AKM untuk setiap indikator kompetensi pada laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm. 


SARANA PENDUKUNG

T    :  Bagaimana cara mengatasi kendala jika sarana pendukung pelaksanaan AKM kurang memadai?

J    :   Bila tidak memadai :
  • Sekolah dapat menumpang sekolah lain terdekat yang memiliki infrastruktur lebih memadai. 
  • Sekolah dapat meminjam komputer/laptop dari orang tua atau dari instansi lain. 

T    : Bila ada kendala sehingga tes terputus, apakah soal yang telah dikerjakan otomatis tersimpan?

J    : Ya. Aplikasi AKM secara otomatis akan melakukan penyimpanan data ketika murid menekan tombol soal berikutnya. Kendala lampu padam atau putus koneksi tidak menyebabkan murid mengulang asesmen dari awal.

T    : Karena keterbatasan sarana mungkinkah sekolah mengikuti Asesmen Nasional secara manual?

J    : Tidak. Ragam stimulus serta format soal AKM menuntut cetakan berwarna dengan jumlah halaman yang tidak sedikit disajikan dalam asesmen kertas dan pensil. Selain itu pengujian secara adaptif tidak mudah diadopsi dalam asesmen berbasis kertas dan pensil.

Tindak Lanjut

T    : Bagaimana cara AKM memotret kemajuan proses belajar?

J     : Laporan AKM akan memberikan potret level kompetensi murid di setiap satuan pendidikan pada literasi membaca dan numerasi. Hasil antar tahun dapat diperbandingkan dan dijadikan salah satu indikasi kemajuan proses belajar di setiap satuan pendidikan.

T    : Apakah Asesmen Nasional akan digunakan untuk memeringkatkan sekolah di Indonesia?

J     : Tidak. Asesmen Nasional digunakan sebagai alat refleksi bagi setiap satuan pendidikan untuk mampu melakukan langkah perbaikan.

T    : Apakah ada nilai/skor minimal dalam AKM?

J     :  Tidak. AKM melaporkan persentase murid dalam setiap level kompetensi. Diharapkan semua murid mencapai level kompetensi cakap atau mahir.

T    : Apakah murid yang sama yang pernah mengikuti tes AKM bisa mengulang kembali tes AKMnya, jika nilainya rendah?

J    : Tidak, karena AKM tidak bertujuan untuk mengukur kompetensi di tingkat individu murid.

T    : Dapatkah murid kelas XI yang mengikuti AKM mengetahui hasil AKMnya?

J    : Tidak. Setiap guru dapat memetakan kemampuan muridnya menggunakan instrumen AKM kelas. Hasil AKM nasional akan melaporkan pada level sekolah, bukan pada level individu.

T    : Bagaimana hasil Asesmen Nasional ini dimanfaatkan oleh sekolah?

J    : Sekolah diharapkan menjadikan hasil Asesmen Nasional sebagai alat refleksi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan iklim satuan pendidikan.

T    : Apakah data hasil survei yang diperoleh sekolah berupa gambaran global satu sekolah?

J     : Ya. Hasil Asesmen Nasional baik AKM maupun Survei akan dilaporkan sebagai hasil sekolah dan tidak dilaporkan dalam level individu murid maupun guru.

T    : Adakah pelatihan guru terkait persiapan AKM atau setelah AKM?

 J    : Tidak ada pelatihan guru terkait persiapan AKM. AKM memotret kompetensi kecakapan hidup yang tidak dapat di-drilling atau diajarkan melalui bimbel. Oleh karena itu, fokus penguatan guru adalah saat menindaklajuti hasil AKM: baik memaknai, memanfaatkan sebagai umpan balik proses pembelajaran serta penguatan kapasitas guru dalam melakukan pembelajaran serta merancang asesmen yang berkualitas.

T    : Apa tindak lanjut dari sekolah dengan hasil AKM ?

J     : Sekolah diharapkan mampu merefleksi hasil AKM dalam pembelajaran sehingga guru-guru menerapkan teaching at the right level serta fokus membangun kompetensi serta karakter murid. laporan sekolah terkait iklim belajar dan iklim satuan pendidikan diharapkan ditindaklanjuti manajemen sekolah untuk menyusun dan melaksanakan program-program sekolah yang mendorong terciptanya iklim belajar yang positif dan kondusif.