MATERI BIOPORI
(MIFTAKUL HUDA S,Pd)
RAHMAT
(RESAPKAN AIR HUJAN MENJADI AIR TANAH)
Lubang
Resapan BIOPORI (LRB) Bioppori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil)
yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang Resapan
Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah
dengan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka
air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya
biopori.
LRB
adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dan sampah
dengan cara (1) meningkatkan daya resap air, (2) mengubah sampah organik
menjadi kompos, (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman,
(4) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam
berdarah dan malaria, (6) sebagai “karbon sink” untuk membantu mencegah
terjadinya pemanasan global. Lokasi pembuatan LRB dapat dibuat di dasar saluran
yang semula dibuat membuang air hujan di dasar alur yang dibuat sekeliling
batang pohon atau batas tanaman.
Cara
Pembuatan LRB :
1.
Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman
sekitar 100cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau
alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50-100cm.
2.
Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm
disekiling mulut lubang.
3.
Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang
dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput atau sampah dapur.
4.
Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang menyususut karena proses pelapukan.
5.
Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
Jumlah
LRB yang disarankan Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan
persamaan: Jumlah LRB: Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2) Laju
peresapan air perlubang (liter/jam) Contoh: untuk daerah dengan intensitas
hujan 50mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit
(180L/jam) pada 100m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak : (50 x 100): 180 = 28
lubang. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap
lubang dapat menampung 7,8 L sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi
sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi
sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari, dimana dalam kurun waktu
tersebut lubang perlu diisi kembali. Biaya yang diperlukan Pembuatan LRB
akanmempermudah dengan menggunakan bor tanah yang telah disesuaikan un tuk
keperluan peresapan air dengan biopori seharga @ Rp. 195.000,-. Bila 1 lubang
dapat dibuat dalam waktu 8 menit dan setiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB,
maka pembuatan akan selesai dalam waktu setengah hari orang kerja (Rp. 25.000).
Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor sendiri, maka total biaya yang
diperlukan adalah Rp. 220.000,-. Biaya tersebut akan dapat berkurang bila 1 bor
tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.
Manfaat Lubang Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi sederhana
yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkan
daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurasi resiko banjir
akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan
jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.
§ Meningkatkan daya resapan air
Lubang resapan biopori mampu
meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat
untuk: Mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir, peningkatan
cadangan air bersih di dalam tanah, dan mencegah erosi dan longsor. Dengan adanya lubang biopori akan
mencegah terjadinya genangan air yang secara tidak lansung dapat
meminimalisir berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit
malaria, demam berdarah dan kaki gajah.
§ Mengubah sampah organik menjadi
kompos
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan
dirubah menjadi kompos oleh satwa tanah seperti cacing dan rayap. Kompos atau
humus ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah organik
yang diserap oleh biota tanah tidak cepat diemisikan ke atmosfir sehingga
mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas
dalam tanah.
§ Memanfaatkan fauna tanah dan
akar tanaman
Lubang biopori memicu biota tanah
dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah yang menjadi
saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya aktifitas ini
menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan
terpelihara.
Cara Pembuatan Lubang Biopori
1.
Buat
lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm.
Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat
tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100
cm.
2.
Mulut
lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.
3.
Isi
lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau
dedaunan.
4.
Sampah
organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat
proses pelapukan.
5.
Kompos
yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau
bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
Cara membuat sumur resapan air ini sudah sering kita dengar.
Namun mengingat besarnya manfaat sumur resapan air tidak ada salahnya jika cara
membuat sumur ini diulas kembali.
Sebagai halnya biopori, sumur
resapan air pernah digalakkan pembuatannya. Manfaat dari sumur resapan air
adalah meminimalisir terjadinya bencana banjir saat musim penghujan sekaligus
sebagai dengan ‘menanam air‘
ke dalam tanah. Ini sekaligus menambah persediaan air
bersih di
dalam tanah yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
Sebelum membuat sumur resapan air,
ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi. Syarat ini sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
untuk Lahan Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:
1.
Sumur
resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam
atau labil.
2.
Sumur
resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan
septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.
3.
Kedalaman
sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah
permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah
minimum 1,50 meter pada musim hujan.
4.
Struktur
tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air)
minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air
setinggi 2 cm.
Cara membuat sumur resapan air. Pembuatan sumur resapan air
dibedakan berdasarkan kondisi rumah dan lingkungan yaitu; untuk rumah dengan
talang air, untuk rumah tanpa talang air, dan
untuk area terbuka (taman). Untuk kali ini akan diulas cara pembuatan sumur
resapan air pada rumah yang menggunakan talang air.
Teknik pembuatan sumur resapan air
Cara pembuatan sumur resapan air
pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:
1.
Buat
sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air
tanah.
2.
Untuk
memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa
plesteran) atau pasangan batu kosong.
3.
Buatlah
saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan
dengan menggunakan pipa paralon.
4.
Buatlah
saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang
limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus
lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan
tersebut.
5.
Isi
lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.
6.
Tutup
bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat
diurug dengan tanah.
Berbeda dengan pembuatan lubang resapan biopori, membuat sumur resapan air memang
membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu tidak semua lahan dapat dibuat
sumur resapan, harus memperhatikan syarat-syarat umum sebagai tersebut di atas.
Namun lingkungan yang lebih nyaman dihuni manusia kenapa tidak?.
4 Penyebab Bencana Kemarau dan Kekeringan
yang Melanda Indonesia
Pasca lebaran ramadhan beberapa pekan silam, publik di
Indonesia nampaknya semakin akrab dengan kabar di berbagai media yang berbicara
tentang bencana kekeringan. Kemarau panjang yang sudah berlangsung sejak
setidaknya sejak Mei silam telah membawa banyak sekali penderitaan. Nyatanya
bencana kekeringan memang telah menghadang di depan mata.
Selama lebih dari 3 bulan, seluruh wilayah di
Indonesia hampir serentak merasakan perbedaan musim yang cukup siginifikan.
Biasanya, suhu tropis di Indonesia cenderung hangat namun sejuk, dengan tingkat
intensitas hujan yang cukup tinggi. Namun memasuki Mei kemarin, fase musim
kemarau telah tiba. Cuaca pun perlahan berubah menjadi kebalikannya. Suhu panas
terik di siang hari, udara kering dan gersang, rumput menguning karena
kekurangan air, hingga yang paling terasa dampaknya adalah kekeringan massal
bagi sumur-sumur air dalam milik warga.
Lantas apa sesungguhnya yang menyebabkan bencana
kemarau atau kekeringan di negeri ini? Musim kemarau panjang memiliki korelasi
yang amat sangat erat dengan bencana kekeringan. Namun apa yang menjadi alasan
kemarau dapat terjadi di Indonesia? berikut penjelasannya
1.
Letak geografis Indonesia yang berada di
tengah garis khatulistiwa
Hampir dipastikan semua orang di negeri tahu dan
menyadari bahwa tanah kebanggan yang mereka pijak berada persis di garis
khatulistiwa. Karena posisi geografis inilah, Indonesia mengalami dua musim,
yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pergerakan angin yang bertiup di negara khas yang
berada di khatulistiwa telah sebabkan proses alamiah terjadinya dua musim
tersebut.
2.
Gejala perubahan cuaca
Wilayah Indonesia yang terdiri dari samudera dan
lautan luas sebabkan perilaku aliran angin muson timur di antara bulan April
hingga Oktober. Angin periodik setiap setahun sekali ini mengalirkan hawa panas
dari gurun gersang Benua Australia yang sangat luas daratannya menuju ke
wilayah Indonesia.
3.
Udara dan Alam yang makin rusak dan
tercemar
Walaupun secara tidak langsung mempengaruhi gejala
musim kemarau, namun ternyata perubahan kandungan udara dan alam yang sudah
sangat tercemar ikut memberikan andil bencana kekeringan. Polusi dan alam yang
tercemar secara akumulatif membawa dampak kerugian pada berkurangnya keseimbangan
alam. Akibatnya jika kemarau panjang melanda, maka air tanah akan cepat kering
karena minimnya pepohonan, atau jika musim kemarau tiba maka kualitas udara
akan bertambah semakin buruk atau kualitas air akan sangat tercemar.
4.
Gejala Alamiah Bumi berwujud El Nino.
Secara arti ilmiah, El Nino dapat dijelaskan sebagai
gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu
permukaan laut (SPL/SST) di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya
di bagian Tengah dan Timur, tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Selain
itu, El Nino pun berdampak pada menurunnya suhu permukaan laut di Samudera
Pasifik sekitar ekuator bagian barat.
Penjelasan ilmiahnya seperti ini, Saat memasuki gejala
El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik,
akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Padahal
pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan deras.
Jika uap air berkurang, cuaca di Indonesia cenderung
dingin dan kering. El Nino akan menyebabkan fenomena Kemarau berkepanjangan
tergantung seberapa besar intensitas El Nino tersebut. (CAL)